Senin, 07 Desember 2009

Cerpen- Ku Kan Terus Menantimu

KU KAN TERUS MENANTIMU


“Kyaaaaa..aa… sudah jam tujuh!!??!!” teriak Karina setelah melihat jam dindingnya sudah menunjukkan pukul 07.00 pagi.
“Aduh…gara-gara keasyikan baca buku ensiklopedia jadi lupa nyalain jam weker,” kata Karina lagi. Saat itu Karina bergegas menyiapkan diri untuk berangkat ke sekolah. Mandi cepat-cepat, makan cepat-cepat, dan semua serba cepat.
“Ma, aku berangkat sekolah dulu, ya!” pamit Karina sambil berlari keluar rumah.
“Karina, kamu buru-buru banget, sih, kamu kan murid baru jadi datang agak siangan juga nggak bakalan dimarahin,” kata Mamanya.
“Nggak bisa begitu, murid baru justru harus datang lebih pagi, kan aku harus ke ruang Kepala Sekolah dulu,” kata Karina mantap.
“Kalau niat berangkat pagi, jangan baca buku sampai larut malam, kamu ini buku sampai dibawa tidur,” kata Mamanya lagi.
“Tadi malam aku keasyikan, sih,” kata Karina sambil tertawa kecil.
“Oh, iya. Aku lupa bawa bukunya!” kata Karina lagi sambil berlari ke kamarnya.
“Karina, Karina… buku ensiklopedia sampai dibawa juga ke sekolah, kamu ini kutu buku sekali. Hati-hati, nanti nggak ada laki-laki yang mau sama kamu, lho!” kata Mamanya sambil mencubit pipinya Karina.
“Biarin!”
“Ma, aku berangkat dulu!” kata Karina sambil bergegas pergi. Mamanya hanya bisa geleng-geleng melihat tingkah anaknya itu.
Karena sekolah Karina tidak begitu jauh dari rumahnya, jadi dia tinggal berjalan kaki saja ketika sekolah. Tetapi, hari itu dia tidak berjalan kaki, dia berlari sekencang-kencangnya agar tidak terlambat sampai di sekolah. Sesampainya di sekolah, sekolahnya terlihat begitu hening.
***
“Gawat! Aku terlambat!” teriak Karina. Sepertinya semua siswa sudah masuk ke kelasnya masing-masing.
“Aduh, ruang Kepala Sekolah ada dimana, ya? Tadi aku lupa tanya sama Mama, lagi,” kata Karina sambil berlari di koridor sekolah.
“Ah, itu dia. Ruang Kepala Sekolah belok ke kanan, untunglah,” kata Karina ketika melihat papan yang menunjukkan letak ruang Kepala Sekolah itu. Karina pun berlari lagi. Sementara, dari arah yang berlawanan ada seorang anak cowok yang sedang berjalan santai sambil membaca buku yang baru saja dia pinjam dari perpustakaan. Akhirnya, saat tiba dibelokkan….
“Brakkkkkk!”
“Aduh….h…,”
“Ugh...hh,”
Karina pun bertabrakan dengan cowok itu. Dan akhirnya sama-sama terjatuh. Buku-buku yang Karina bawa pun berserakan begitu pula dengan buku yang dibawa oleh cowok itu.
“Hei, kamu tidak apa-apa?” tanya cowok itu ramah sambil mengulurkan tangannya..
Saat itu Karina masih merasakan sedikit nyeri di badannya. Setelah mendengar pertanyaan itu, Karina pun mendongak ke atas. Spontan saja dia langsung bangkit dan membereskan buku-bukunya yang berserakan.
“Maaf, ya! Maaf…ff… banget. Tadi aku nggak lihat jalan,” kata Karina kepada cowok itu. Dia merasa bersalah banget, karena kecerobohannya cowok itu jadi tertabrak dengannya.
“Oh, nggak masalah, lagian aku juga salah karena keasyikan membaca buku,” kata cowok itu sambil mengambil bukunya yang juga terjatuh.
“Maaf, ya, aku harus segera pergi. Permisi,” kata Karina seraya pergi dari hadapan cowok itu.
“Tunggu!” teriak cowok itu. Tetapi saat itu Karina sudah hilang dari pandangannya. Padahal, cowok itu ingin memberitahu bahwa ada barangnya yang tertinggal.
“Hmmm…jadi namanya Karina. Cewek yang menarik,” kata cowok itu singkat setelah melihat kartu anggota perpustakaan Karina yang tertinggal lalu pergi menuju kelasnya sambil membawa kartu itu.
Ketika cowok itu tiba di kelas…
“Akira…a...a.., Akira…,” teriak anak-anak cewek di kelas itu begitu dia masuk ke kelas. Dalam hitungan detik saja Akira langsung di kerubutin anak cewek-cewek yang ada di kelasnya.
“Akira, ayo kita foto bareng,” kata Rina.
“Lihat, kamu masuk majalah lagi, lho,” kata Merry.
“Ayo, dong Akira!” kata Rina lagi.
“Maaf, aku sedang tidak ada mood untuk berfoto,” jawab Akira dingin sambil berjalan menuju bangkunya.
“Yah, Akira,” kata Rina dan Merry kecewa.
“Fuhh, bosan, jadi belum ada guru yang datang?” kata Akira dalam hati. Dia memang terkenal dikalangan para cewek, hanya saja dia nggak pernah tertarik sama yang namanya cewek. Alhasil, dia bisa dibilang cowok yang berwatak dingin terhadap cewek. Tetapi, justru sikap dinginnya itu yang justru dianggap membuatnya bertambah cool.
“Akira, kamu itu terkenal banget dikalangan anak cewek, ya. Bagi-bagi, dong,” celetuk Wisnu, sahabat Akira yang sekaligus menjadi teman sebangku Akira.
“Ah, aku malas begini terus. Bosan tahu!” kata Akira kesal.
Tahu nggak, sih, kenapa Akira begitu terkenal dikalangan anak cewek? Alasannya, ya karena tampangnya Akira yang begitu keren dan kelihatan cool habis diantara anak cowok yang lain. Wajar saja, Akira itu anak blasteran Jepang-Makassar, kulit putih, tubuh tinggi ,ya karena anak basket, dan juga tampangnya yang keren. Perlu dimaklumi juga, karena dia seorang artis yang terkenal jadi dia termasuk cowok beken dikalangan para cewek. Wah, rasanya cowok itu memang cowok yang sempurna.
Akhirnya, setelah beberapa lama guru pun datang, siswa-siswi yang tadinya ribut mendadak diam.
“Selamat pagi anak-anak,”
“Selamat pagi, Bu!!!”
“Anak-anak, hari ini kalian akan mendapat teman baru, murid pindahan dari Semarang,” kata Bu Tina guru Bahasa Indonesia di kelas itu.
“Bu, anak barunya cewek atau cowok?” celetuk Romi .
“Hu….u..uu,” sorak siswa-siswi yang lain begitu mendengar pertanyaan Romi.
“Sudah, sudah! Kalian jangan ribut!” kata Bu Tina kesal.
“Karina, silakan masuk,” kata Bu Tina sambil mengajak Karina masuk.
Sesampainya di depan kelas, Karina pun segera memperkenalkan diri.
“Hai, teman-teman. Kenalkan namaku Karina Maharani Putri, kalian cukup memanggilku Karina saja. Senang bisa berkenalan dengan kalian,” kata Karina sambil tersenyum ramah.
Semua hanya bisa terbengong ketika melihat Karina, terutama anak laki-lakinya.
“Cantik,” ucap mereka.
Yah, Karina memang anak yang cantik, selalu ramah dan murah senyum kepada siapa saja, baik yang ia kenal maupun yang baru saja ia kenal. Namun kejelekannya, kalau sudah yang namanya baca buku, dia bisa lupa waktu. Saat itu, Akira yang sedari tadi kurang memperhatikan perkenalan anak baru itu kaget begitu melihatnya. Karena, cewek itu adalah orang yang menabraknya tadi.
“Pantas saja aku tidak pernah melihatnya, anak baru, toh,” kata Akira pelan.
“Hah? Kamu sudah pernah bertemu dengannya?” tanya Wisnu begitu mendengar ucapan Akira barusan.
“Iya, tadi saat aku baru balik dari perpustakaan, aku bertabrakan dengannya. Sepertinya, tadi dia terburu-buru sekali,” jawab Akira.
“Hah? Tabrakan? Terus gimana dong?” tanya Wisnu penasaran.
“Yah, begitulah. Karena saking terburu-burunya, dia sampai lupa dengan kartu perpustakaannya yang terjatuh,” kata Akira sambil menunjukkan kartu perpustakaan milik Kirana.
“Wah! Dia rajin sekali meminjam buku, ya. Kartunya sudah hampir penuh, lho. Dia anggota perpustakaan daerah,” kata Wisnu setelah melihat kartu itu.
“Yah, cewek yang menarik,” kata Akira lagi dengan singkat.
“Hah? Kamu tertarik sama cewek itu? Bukannya selama ini kamu nggak pernah tertarik dengan yang namanya anak cewek, ya?” tanya Wisnu seraya tidak percaya dengan yang diucapkan Akira barusan.
“Entahlah, begitu melihatnya aku langsung tertarik saja,” jawab Akira sambil tersenyum.
“Ehm..mm, Akira sedang mengalami cinta pada pandangan pertama, nih,” goda Wisnu lagi.
“Ah, diam saja kau!” kata Akira dengan wajah yang agak memerah setelah mendengar perkataan Wisnu.
“Wah, Akira marah! Akira sahabatku yang paling baik dan ganteng jangan marah dong, ‘just kidding’ , peace damai...i....,” kata Wisnu menenangkan Akira.
“Wisnu, Akira, harap tenang,” kata Bu Tina ketika melihat Wisnu dan Akira ngobrol di bangkunya.
“Ya, Bu....,” kata Wisnu dan Akira serempak.
“Tuh, kan? Gara-gara kamu kita jadi kena marah Bu Tina,” kata Akira bertambah kesal.
“Tenang saja, Akira temanku yang paling ganteng, baik hati, dan tidak sombong. Aku akan berhenti bicara sekarang, Oke!!!” kata Wisnu sambil merapikan buku-bukunya yang tadinya berantakkan di atas mejanya kemudian duduk dengan tenang. Akira yang melihat kelakuan Wisnu hanya bisa geleng-geleng saja.
Akibat teguran Bu Tina tadi, Karina menjadi memalingkan wajahnya ke arah Akira dan Wisnu. Kemudian Karina agak kaget ketika melihat salah satu anak yang di tegur Bu Tina tadi.
“Dia???” kata Karina di dalam hati. Karina sempat melamun ketika melihat salah satu anak yang di tegur Bu Tina tadi, entah apa yang dia lamunkan, kemudian lamunannya itu di buyarkan oleh perkataan Bu Tina.
“Karina, silakan duduk. Kamu duduk di sebelah Marsya, ya,” kata Bu Tina sambil menunjukkan sebuah bangku yang hanya di tempati satu orang siswi saja.
“Ba...Baik, Bu. Terima Kasih,” kata Karina seraya pergi ke arah bangku itu.
“Anak-anak, mari kita lanjutkan lagi pelajarannya. Kalian bisa berkenalan dengan Karina saat istirahat nanti. Silakan buka buku paketnya halaman 45,” kata Bu Tina.
“Iya, Bu….!!!” Jawab semua murid di kelas itu dengan serempak.
Dua jam kemudian, bel istirahat pun berbunyi.
Tetttt…tetttttt…ttt..tet….tt!!!!
“Anak-anak, pelajaran Ibu hari ini cukup sampai disini dulu. Selamat pagi!” kata Bu Tina sambil berjalan keluar kelas.
“Pagi, Bu…u…!”
“Hai, namamu Marsya, ya? Kenalkan namaku Karina, semoga kita bisa menjadi teman baik, ya!” kata Karina kepada teman sebangkunya itu.
“Hai juga, senang berkenalan denganmu, Karina. Akhirnya, aku ada teman sebangku,” kata Marsya senang.
Saat Karina sedang asyik mengobrol dengan Marsya tiba-tiba Akira dan Wisnu datang menghampiri mereka.
“Hai!” kata Akira.
Karina pun langsung berdiri dan meminta maaf ketika melihat Akira mendekatinya karena cowok itu adalah orang yang dia tabrak tadi pagi.
“Ma…maaf, tadi pagi aku menabrakmu. Aku nggak sengaja,” kata Karina merasa bersalah.
“Oh, masalah yang tadi pagi? Lupakan saja!” kata Akira sambil tersenyum.
“Oh iya, kenalkan namaku Akira Prapanca Setyawan, panggil saja aku Akira,” kata Akira sambil menjabat erat tangan Karina.
“Namaku Karina, senang berkenalan denganmu,” kata Karina sambil tersenyum.
Saat itu mereka berdua saling bertatapan cukup lama dan tangan mereka juga tetap dalam posisi saling berjabatan tangan.
“Ehm…mm..,” kata Wisnu. Seketika, Akira dan Karina saling melepaskan tangannya yang sejak tadi bersalaman cukup lama.
“Oh iya, jadi lupa, kenalkan teman yang disampingku ini namanya Wisnu,” kata Akira jadi salah tingkah.
“Wisnu,”
“Karina,” kata Karina sambil tersenyum melihat tingkah kedua cowok itu.
“Eh, tadi kartu anggota perpustakaanmu jatuh. Tetapi, saat aku ingin aku memanggilmu, kamu sudah hilang saja,” kata Akira sambil mengembalikan kartu anggota perpustakaan milik Karina.
“Terima kasih, ya. Kartu ini sangat penting, kalau hilang nanti aku nggak bisa pinjam buku lagi, deh. Sekali lagi, terima kasih, ya,” kata Karina senang.
“Sama-sama. Kamu rajin sekali pinjam buku, ya! Kartumu sampai sudah hampir penuh,” kata Akira.
“Ah, biasa saja, kali,” kata Karina sambil tertawa.
“Akira, ke kantin, yuk!” kata Wisnu.
“Karina, aku dan Wisnu pergi ke kantin dulu, ya,” kata Akira.
“Ya, sekali lagi terima kasih dan maaf karena tadi pagi aku menabrakmu,” kata Karina.
“Oh, ya. Tidak masalah,” kata Akira sembari keluar kelas bersama Wisnu.
“Kyaaa, Akira! So cool!” kata Marsya begitu mereka pergi.
“Kamu ini kenapa, sih?” tanya Karina heran.
“Lho, kamu nggak tahu, ya? Akira kan seorang artis yang terkenal! Jadi, dari tadi kamu belum sadar?” tanya Marsya.
“Artis?” tanya Karina lagi.
“Iya! Memangnya kamu nggak pernah mendengar beritanya Akira?” tanya Marsya. Dia heran karena dari tadi Karina cuma diam saja mendengarkan celotehannya.
“Nggak,” jawab Karina polos.
“Terus di rumah kamu ngapain saja? Akira kan sering muncul di televisi,” tanya Marsya lagi.
“Kalau di rumah biasanya aku baca buku, masalahnya aku nggak begitu suka menonton televisi,” jawab Karina.
“Capek, deh. Pantas saja dari tadi responmu sama Akira biasa-biasa saja,” kata Marsya sambil geleng-geleng.
“Kamu beruntung, lho, Akira mau berbicara denganmu. Biasanya dia jarang mau berbicara dengan cewek. Makanya dia terkenal sebagai cowok yang dingin, tetapi karena dinginnya itu dia jadi terlihat lebih keren!” kata Marsya panjang lebar.
Sementara di tempat lain Akira dan Wisnu juga membicarakan hal yang sama seperti yang Marsya tanyakan ke Karina tadi.
“Akira, si Karina tadi kok responnya cuma segitu saja sama kamu, ya? Biasanya kalau cewek diajak kenalan sama kamu pasti sudah heboh, deh,” kata Wisnu heran.
“Justru cewek seperti itulah yang aku cari, aku nggak suka sama cewek yang hanya memandangku sebagai artis lalu suka sama aku. Padahal, tadi saat aku memperkenalkan diri aku sudah menyebutkan nama panjangku, lho. Dan hasilnya, responnya biasa-biasa saja, tuh. He….he…he…,” kata Akira sambil tertawa.
“Wah, seorang Akira yang terkenal ini suka sama cewek yang nggak pernah tahu dunia artis, toh,” kata Wisnu sambil menghabiskan minumannya.
“Maksudmu?” tanya Akira nggak ngerti.
“Mungkin kerjaan Karina di rumah cuma baca buku terus jadi dia nggak pernah mengenalmu sebagai seorang artis yang terkenal. Lihat dong kartu perpustakaannya dia, sudah hampir penuh! Tetapi, walaupun begitu dia cantik dan kelihatan manis, lho,” kata Wisnu lagi.
“Yah, dia memang cantik. Aku juga suka gayanya yang tidak terlalu senonoh kayak cewek-cewek biasanya,” kata Akira.
Tetttt…tetttttt…ttt..tet….tt!!!!
Bel masuk pun berbunyi,
“Akira, ayo kita ke kelas,” kata Wisnu sambil beranjak pergi dari kantin sekolah.
“Ayo,” jawab Akira.
Tiga bulan telah berlalu sejak Karina menjadi murid baru di kelas itu. Saat ini Karina sudah mempunyai banyak teman baru yang baik. Siswa-siswi di kelas itu sangat senang berteman dengan Karina, karena Karina anaknya pandai bergaul, selalu ceria, dan ramah kepada siapa saja. Karina juga menjadi sahabat cewek yang paling pertama bagi Akira, karena sebelumnya Akira sama sekali belum pernah berteman sama seorang cewek.
***
Suatu hari, Bu Tina datang ke kelas untuk menyampaikan sebuah pengumuman.
“Anak-anak, kelas kalian mendapat tugas mengisi acara drama ‘Putri Salju’ dalam festival budaya bulan depan. Sekarang Ibu akan mengumumkan siswa-siswi yang mendapat peran dalam drama ini. Ibu harap kalian tenang,” kata Ibu Tina sambil memasuki kelas.
Ini dia acara yang paling dinanti-nantikan siswi-siswi di kelas ini. Kenapa hanya para siswi saja? Jawabannya karena mereka menduga bahwa yang mendapat peran seorang pangeran sudah pasti si Akira. Menjadi lawan main bersama Akira adalah suatu kebanggaan tersendiri bagi mereka. Saat itu semua siswi berharap-harap cemas menunggu agar namanya terpanggil sebagai pemeran putri salju, kecuali Karina. Dari tadi dia tidak memperhatikan apa saja yang dikatakan oleh gurunya karena sedang asyik membaca buku.
“Yang mendapat peran pangeran adalah Akira dan yang mendapat peran putri salju adalah….,” cukup lama Bu Tina berhenti bersuara karena kebingungan mencari dokumen yang berisi nama pemeran putri salju. Hal itu membuat para siswi menjadi semakin penasaran. Dan akhirnya, dokumennya ketemu.
“Pemerannya adalah Karina,” kata Bu Tina. Saat itu semua langsung heboh.
“Hei, Karina. Kamu dapat pemeran utama, tuh! Selamat berjuang, ya!” kata Marsya.
“Eh, apa? Aku mendapat pemeran utama? Tentang apa? Terus siapa lawan mainku?” tanya Karina kebingungan. Karena dari tadi dia keasyikan baca buku.
“Aduh, Karina…Karina… Kamu mendapat peran sebagai putri salju dan lawan mainmu adalah Akira sebagai pangerannya,” kata Marsya sambil geleng-geleng.
“Apa? Akira?” tanya Karina kaget.
“Kenapa kamu sekaget itu? Seharusnya kamu senang dong, semua cewek di kelas ini pasti kepingin banget mendapat peran seperti kamu,” kata Marsya lagi.
“Kan di drama itu ada adegan ciumannya, aku nggak mau, ah. Apalagi lawan mainku Akira yang seorang artis terkenal, aku malu,” kata Karina sambil geleng-geleng.
“Tenang saja, adegan ciumannya bukan ciuman bibir, kok. Cuma di kening,” kata Marsya sambil menunjuk keningnya.
Saat itu Akira langsung mendatangi Karina dan berkata sambil tersenyum, “Karina, mohon kerja samanya, ya!”
“Eh, i…iya. Aku juga mohon bantuannya, ya. Aku masih belum terlalu mahir berakting, tidak seperti kamu, sudah professional!” kata Karina memuji.
“Ah, nggak juga. Aktingku juga masih belum bisa dikatakan professional,” kata Akira merendahkan diri.
“Akira terlalu merendahkan diri, deh,” kata Karina sambil tertawa. Akira pun menjadi ikut tertawa setelah mendengar perkataan Karina.
“Karina, bolehkan aku berkunjung ke rumahmu?” tanya Akira tiba-tiba.
“Apa? Ke rumahku? Mau apa?” Karina balik bertanya.
“Mau latihan, dong. Waktu pementasan sudah tidak lama lagi, lho,” jelas Akira.
“Hmm…mmm, boleh, deh. Tetapi jangan kaget kalau rumahku berantakkan, ya!” kata Karina.
“Ah, masalah kayak gitu sih nggak usah dipikirkan. Nanti sekitar jam 3 aku ke rumahmu, ya! Tunggu aku, lho,” kata Akira enteng.
“Iya,” jawab Karina.
Sementara itu di belakang Akira dan Karina yang sedang asyik ngobrol ada tiga orang cewek yang sedang menatap tajam obrolan mereka berdua. Tiga cewek itu adalah Geng Kawaii. Ketua geng itu, Gita, tidak suka melihat kedekatan Akira dengan Karina. Karena dia telah menyukai Akira sejak dulu dan dia juga merasa bahwa dirinya lebih pantas mendapat peran putri salju. Walaupun dia sudah berusaha mendekati Akira, tetapi tetap saja Akira bersifat dingin kepadanya. Hal itu membuatnya sangat kesal.
“Gita, gimana, nih? Seharusnya kamu yang mendapat pemeran utama itu. Sekarang, Akira malah semakin dekat dengan cewek itu,” kata Jessie, salah satu anggota Geng Kawaii itu.
“Iya, Git. Seorang Akira yang selalu dingin sama yang namanya cewek bisa-bisanya dekat sama cewek kayak gitu. Apa yang bagus dari cewek itu, sih? Apa kita kerjain saja dia, ya?” kata Sora.
“Iya, kita kerjain saja dia, tetapi bukan sekarang. Kita kerjain dia setelah pementasan drama itu,” kata Gita sambil tersenyum sinis.
Sore harinya, Akira sudah sampai di depan pintu rumah Karina.
“Tok, tok, tok!” bunyi ketukan tangan Akira. Akhirnya, Mamanya Karina pun datang membukakan pintu.
“Maaf, mau mencari siapa?” tanya Mamanya Karina ketika melihat sesosok anak laki-laki yang membelakanginya di depan pintu. Setelah mendengar pertanyaan itu Akira pun berbalik sambil melepaskan kacamata hitamnya. Betapa kagetnya Mama Karina begitu melihat Akira. Karena Mama Karina tahu bahwa anak laki-laki itu adalah Akira Prapanca Setyawan, artis terkenal itu.
“Permisi, Tante. Karinanya ada?” tanya Akira sopan
“Oh, Karina ada di dalam. Kamu Akira Prapanca Setyawan bukan, artis terkenal itu? Kok bisa kenal sama Karina?” tanya Mamanya Karina tidak percaya.
“Saya teman sekelasnya, Tante. Sekarang saya ingin latihan drama buat festival budaya bulan depan sama Karina,” kata Akira sambil tersenyum.
“Oh begitu, silakan masuk,” kata Mamanya Karina sambil mengajak Akira masuk.
“Tunggu sebentar, ya. Tante panggilkan Karina dulu,” kata Mamanya Karina lagi sambil pergi ke kamarnya Karina.
“Karina, cepat keluar. Ada cowok ganteng yang menunggumu di depan,” kata Mamanya sambil tersenyum.
“Iya,” jawab Karina. Karina berpikir pasti Akira yang datang.
“Akira, maaf membuatmu lama menunggu,” kata Karina sambil duduk di depan Akira.
“Nggak kok, ayo kita mulai latihannya,” kata Akira sambil tersenyum.
Akhirnya, mereka berdua latihan dengan sangat serius. Walaupun terkadang ada kesalahan juga. Setelah latihan mereka beristirahat sejenak sambil minum air dingin yang disuguhkan oleh Mamanya Karina.
***
Satu bulan kemudian….
“Wah, Karina kamu cantik sekali. Kamu cocok banget pakai gaun itu,” kata Marsya saat menemui Karina di ruang ganti.
“Ah, biasa saja kali,” kata Karina.
“Benar, aku nggak bohong. Nanti kita lihat reaksi Akira setelah melihatmu,” kata Marsya sambil mengedipkan matanya. Benar saja, saat Akira datang ke ruang ganti di tertegun ketika melihat Karina.
“Karina, kamu cantik sekali,” kata Akira ketika melihat Karina. Saat itu wajah Karina menjadi merah karena dipuji oleh Akira.
“Kamu juga kelihatan ganteng dengan memakai kostum pangeran itu,” kata Karina malu-malu.
Akhirnya, pertunjukkan pun dimulai. Semua penonton tertegun melihat akting mereka berdua. Apalagi ketika adegan pangeran membangunkan sang putri dengan menciumnya. Wah, romantis banget! Walaupun sang pangeran hanya mencium di bagian kening sang putri saja, sih. Pertunjukkan pun selesai diiringi dengan tepuk tangan para penonton.
“Karina, untung tadi pertunjukkannya berjalan dengan baik, ya,” kata Akira saat di belakang panggung.
“Ya, syukurlah. Ini semua berkat kamu, coba kalau tidak ada yang melatihku, pasti aku nggak akan bisa tampil seperti ini,” kata Karina.
“Ah, nggak juga. Ini semua berkat kerja kerasmu dalam berlatih, jadi kamu bisa sukses. Apapun kalau dilakukan dengan usaha yang sangat keras pasti akan menuaikan hasil yang sukses,” kata Akira sambil tersenyum.
“Karina kamu ganti baju saja dulu, nanti pulangnya bareng aku sama Wisnu naik mobil. Kamu pasti capek, aku dan Wisnu tunggu di mobil, ya,” kata Akira sambil menuju ruang ganti pria.
“Terima kasih, ya,” kata Karina sambil tersenyum.
“Gita, jadinya kita apain si Karina itu?” kata Jessie sambil menatap tajam kegiatan Karina saat itu.
“Setelah dia ganti kostum, kita cegat dia saat melewati gudang di belakang sekolah. Dengar-dengar dia akan pulang bareng dengan Akira, kan? Pasti dia akan melewati jalan itu,” kata Gita sambil tersenyum sinis.
Akhirnya, setelah ganti kostum Karina berjalan santai menuju ke tempat parkir belakang sekolah. Tetapi, saat melewati depan gudang tiba-tiba….
“Heh, cewek centil! Kamu itu nggak usah sok, deh, mentang-mentang murid baru di sekolah ini!” kata Gita sambil mendekati Karina. Karina pun kaget mendengar perkataan cewek itu karena dia merasa sama sekali tidak mempunyai masalah dengannya.
“Maksud kamu? Aku nggak mengerti,” kata Karina kebingungan.
“Sora, tolong jelaskan!” kata Gita.
“Kamu ini anak baru, pakai berlagak mendekati Akira segala lagi! Jauhi dia, gara-gara kamu Gita dijauhi oleh Akira dan seharusnya Gita yang mendapatkan peran utama itu, bukan kamu!” kata Sora sambil mendorong tubuh Karina.
“Apa salahnya jika aku berteman dengan Akira? Lagi pula Akira juga senang berteman denganku, kok. Dan yang memilih pemeran yang cocok menjadi putri salju kan Bu Tina, bukan aku,” kata Karina berusaha membela diri. Mendengar perkataan Karina, Gita pun menjadi bertambah kesal.
“Jessie, Sora! Kita kunci saja Karina di gudang agar dia bisa merenungkan lagi perkataannya tadi!” kata Gita sambil menarik lengan Karina.
“Apa-apaan, sih? Lepaskan aku!” teriak Karina.
“Jessie, Sora, Bantu aku!” teriak Gita. Walapun Karina sudah berusaha melawan, tetapi apa daya? Dia hanya sendiri, sedangkan lawannya tiga orang. Alhasil, Karina pun berhasil mereka kunci ke dalam gudang yang pengap itu.
“Hei! Buka pintunya, buka!!” teriak Karina sambil menggedor-gedor pintu itu.
“Silakan renungkan pikiranmu di dalam sana, biar tidak ada yang mengganggu! Ha…ha….ha… Ayo kita pergi!” kata Gita sambil berjalan menjauhi gudang itu.
“Tolong!! Siapa saja yang ada di luar, tolong bukakan pintunya!!” teriak Karina lagi. Tetapi, tidak ada siapa-siapa yang bisa mendengarnya. Karina terus berteriak, sampai-sampai tenaganya sudah habis untuk berteriak. Lama-kelamaan air mata Karina mulai menetes keluar.
“Kenapa? Apa salahnya jika aku berteman dengan Akira? Akira tidak melarangku untuk berteman dengannya, kok,” kata Karina sambil menangis.
Satu jam telah berlalu, Akira dan Wisnu yang sejak tadi menunggu Karina menjadi cemas karena Karina tak kunjung muncul dihadapannya.
“Wisnu, Karina lama sekali. Seharusnya, kalau hanya ganti kostum dia tidak akan selama ini. Apa yang terjadi dengannya?” kata Akira cemas.
“Kita cari saja, yuk. Daripada menunggunya disini tetap tidak ada hasil,” ajak Wisnu.
“Ayo, kita cari saja dia,” kata Akira sambil beranjak dari mobilnya. Akira dan Wisnu terus berjalan keliling sekolah, tetapi Karina tetap tidak ditemukan. Tiba-tiba mereka berdua mendengar percakapan Geng Kawaii yang mengunci Karina di gudang tadi.
“Ha…ha…ha… Biar tahu rasa Karina di dalam sana. Memangnya enak renungan bareng tikus?” kata Gita kepada anggota geng itu. Mereka hanya bisa tertawa setelah mendengar perkataan Gita. Akira dan Wisnu yang tidak sengaja mendengar percakapan mereka menjadi marah besar setelah mendengar ucapan mereka tadi. Saking marahnya Akira pun langsung keluar dari persembunyiannya. Mereka pun kaget setelah tahu Akira dan Wisnu mendengar percakapannya.
“Gita, kau apakan Karina? Dimana dia sekarang???” tanya Akira sambil menarik kerah baju Gita sampai-sampai Gita merasa tercekik karenanya.
“Akira, sabar. Ingat dia cewek Akira, cewek!” kata Wisnu menenangkan.
“Cepat jawab pertanyaanku!!” teriak Akira. Jessie dan Sora pun menjadi ketakutan melihat Akira penuh dengan kemarahan.
“A…aku, aku kunci dia di gudang belakang sekolah,” kata Gita terbata-bata. Setelah mendengar jawaban Gita, Akira langsung melepas tangannya yang tadi menarik kerah bajunya Gita itu. Saat itu Gita langsung terbatuk-batuk karena kejadian itu.
“Awas kalau kalian berani macam-macam, lagi!” ancam Akira sambil mengajak Wisnu berlari ke arah gudang. Anggota geng itu hanya bisa tercengang melihat sikap Akira tadi. Sesampainya di gudang…
“Karina! Karina, apakah kamu berada di dalam?” tanya Akira sambil berteriak. Karina yang mendengar teriakkan Akira pun langsung beranjak dan berusaha berteriak.
“Tolong!! Siapa saja yang ada di luar, bukakan pintunya!!” teriak Karina dengan susah payah.
“Wisnu, kita dobrak saja pintu ini. Karina, menjauhlah dari pintu. Akan kudobrak pintu ini,” teriak Akira.
“Satu, Dua, Tiga!!!!”
“Bruakkkkk!!!” pintu pun berhasil di buka.
“Akira…Wisnu….,” kata Karina lemas saat melihat mereka lalu terjatuh dan pingsan.
“Karina, bertahanlah. Wisnu, bantu aku membukakan pintu mobil, ini kuncinya! Aku akan gendong Karina, kita pergi ke rumahku saja,” kata Akira sambil segera menggendong Karina keluar dari gudang yang pengap itu. Beberapa menit kemudian setelah sampai di rumah Akira…
“Ugh…., ini dimana?” tanya Karina begitu terbangun.
“Ini di rumahku, Karina,” jawab Akira tiba-tiba sambil memasuki kamar yang ditempati Karina dibarengi oleh Wisnu. Karina kaget begitu melihat Akira, Karina langsung teringat ucapan Gita tadi.
“Akira, Wisnu,” kata Karina dalam hati.
“Ah, aku harus segera pergi! Maaf Akira, sepertinya aku tidak pantas menjadi temanmu lagi,” kata Karina sambil berlari melewati Akira yang terbengong karena mendengar ucapan Karina tadi.
“Wisnu, apa maksud perkataannya tadi? ‘Tidak pantas menjadi teman’?”
“Karina tunggu!” teriak Akira sambil mengejar Karina keluar.
“Akira, maafkan aku. Sebenarnya, aku menyukaimu, tetapi jika aku terus bersamamu sepertinya akan membuatmu susah,” kata Karina dalam hati sambil meneteskan air mata.
“Karina tunggu!” teriak Akira lagi. Karina pun menoleh setelah mendengar teriakkan Akira. Saat itu dia melihat Akira dan Wisnu berlari ke arahnya.
“Kenapa? Kenapa mereka mengejarku? Padahal sudah kuputuskan untuk berhenti berteman dengan mereka agar tidak selalu menyusahkan mereka lagi,” kata Karina dalam hati. Karina pun terus berlari dan saat akan menyebrang jalan dari arah kanan muncul sebuah mobil dengan kecepatan tinggi. Karina yang terus saja berlari tidak melihat ada mobil yang melaju ke arahnya.
“Akira! Gawat! Ada mobil!” teriak Wisnu mengingatkan. Akira pun kaget setelah mendengar peringatan Wisnu dan melihat ada mobil yang melaju kencang ke arah Karina.
“Karina! Awas!” teriak Akira memperingatkan. Tetapi, terlambat Karina sudah berada di jalan itu. Saat mendengar peringatan Akira, Karina hanya bisa diam menatap mobil yang melaju kencang ke arahnya dan tidak bisa berlari lagi.
“Tii…ii.nn..nn!!!”
“Kyaaaa….aaaa!!” teriak Karina panik.
“Plep,” semua menjadi terasa gelap. Beberapa saat kemudian…
“Aku masih hidup???” tanya Karina dalam hati begitu membuka matanya sedikit demi sedikit.
“Karina….kau tidak apa-apa?” tanya seseorang. Karina kaget setelah mendengar pertanyaan itu. Setelah dilihat ternyata suara itu adalah suara Akira yang berada di sampingnya dengan luka yang cukup parah.
“Akira, kau yang menyelamatkanku? Kenapa? Kenapa kau menolongku? Kamu bisa mati tahu nggak, sih?” teriak Karina. Wisnu hanya bisa tertegun melihat mereka berdua. Saat Karina nyaris ditabrak mobil, Akira langsung melompat menyelamatkan Karina. Dan beginilah hasilnya.
“Aku akan melakukan apa saja untuk gadis yang kusukai, walaupun nyawa menjadi taruhannya,” kata Akira sambil tersenyum. Karina kaget setelah mendengar ucapan Akira tadi.
“Tetapi, syukurlah kamu se..lamat…,” kata Akira lemah. Dan kemudian semuanya memudar.
“Akira!!!!” teriak Karina sambil menangis.
Saat di rumah sakit, Karina hanya diberikan sedikit perawatan karena hanya mengalami luka ringan, tetapi Akira. Dokter bilang ada organ dalam pada tubuh Akira yang membengkak karena benturan, sehingga Akira harus mendapat perawatan lebih lanjut diluar negeri.
Saat Karina dan Wisnu tiba di ruang perawatan Akira, Akira terlihat masih lemas dengan selang infus yang tertancap di tangannya.
“Akira.....,” kata Karina kepada Akira. Akira pun terbangun dan tersenyum kecil ketika melihat Karina dan Wisnu mendatanginya. Karina pun langsung duduk di samping tempat tidur Akira.
“Akira, maafkan aku. Gara-gara aku kamu jadi seperti ini, andai saja aku......”
“Ssttt, sudah, tidak usah dilanjutkan lagi, ya,” kata Akira sambil menempelkan jari telunjuknya ke depan mulutnya Karina, mengisyaratkan agar Karina berhenti menyalahkan diri.
“Kamu tidak usah menyalahkan diri, ini semua terjadi bukan karena salahmu, kok,” kata Akira sambil tersenyum.
“Akira bagaimana keadaanmu sekarang?” tanya Wisnu.
“Aku nggak apa-apa, kok. Hanya ada sedikit nyeri di badanku,” kata Akira.
“Yah, pokoknya sekarang kamu istirahat saja, besok pagi kamu kan sudah harus berangkat ke luar negeri untuk menjalani perawatan selanjutnya,” kata Wisnu lagi.
“Ya. Terima kasih kalian sudah datang menjengukku, aku ini sangat merepotkan ya?” kata Akira sambil tersenyum.
“Ya, kamu ini betul-betul sangat ME-RE-POT-KAN,” kata Wisnu langsung. Akira sempat mengerutkan keningnya setelah mendengar perkataan Wisnu.
“Ah, Wisnu ini gimana sih? Kejam sekali sama teman sendiri, Akira jangan dengarkan perkataan Wisnu, dia hanya bercanda, kok. Kamu itu sangat-sangat tidak merepotkan kita, kok!” kata Karina sambil menginjak kaki Wisnu dan tersenyum ke arah Akira.
“Aduh, aduh! Karina a...a...angkat kakimu dari kakiku,” kata Wisnu kesakitan.
“Oh iya, maaf, he...he...he...,” kata Karina sambil tertawa dan segera mengangkat kakinya dari kaki Wisnu.
“Kalian berdua ini aneh-aneh saja,” kata Akira sambil ikut tertawa melihat kelakuan kedua temannya itu.
***
Keesokkan paginya, Karina dan Wisnu segera berangkat menuju rumah sakit untuk mengucapkan selamat jalan kepada Akira. Sesampainya di rumah sakit, Karina melihat Akira sudah bersiap-siap bersama orang tuanya untuk berangkat ke luar negeri. Saat itu Akira sudah tidak tidur di ranjang lagi, dia sudah menggunakan kursi roda untuk membantu pergerakkannya.
“Akira!” panggil Karina.
“Eh kalian berdua,” kata Akira setelah mendengar panggilan Karina dan melihat Karina dan Wisnu menghampirinya.
“Yah, beginilah keadaanku, pakai kursi roda, he...he...he...,”kata Akira kepada kedua temannya itu.
“Kan bagus tuh Akira, jadi kamu tak perlu capek-capek lagi berjalan,” kata Wisnu iseng.
“Duak...k...!”
“Aduh!” teriak Wisnu.
“Kamu itu nggak pernah berhenti mengganggu Akira, ya,” kata Karina geram setelah menyundul perut Wisnu dengan sikunya.
“Karina, ternyata kamu kejam!” kata Wisnu sambil meringis dan memegangi perutnya.
“Siapa suruh? Wekkk...kkkk!” kata Karina sambil menjulurkan lidahnya sedikit.
“Sudah, sudah! Kalian ini terus saja bertengkar. Kamu lagi Wisnu!” kata Akira sambil sedikit tertawa.
“Akira, tumben nih Mama lihat kamu punya teman cewek. Kok nggak pernah dikenalin ke Mama dan Papa, sih? Ya kan, Pa?” kata Mamanya Akira sambil tersenyum.
“Betul, siapamu tuh, Akira? Cantik juga,” kata Papanya Akira.
“Dia kan cin....”
“Duakkk...kkkk!”
Lagi-lagi Wisnu terkena hantaman, tetapi kali ini dari Akira. Begitu Wisnu mengatakan hal yang agak rahasia ke orang tuanya Akira, Akira langsung bertindak dengan melempar sandalnya ke arah kepalanya Wisnu.
“Akira! Kamu itu kenapa, sih? Sakit tahu! Sudah kena sundulan Karina, sekarang kamu lagi. Aduh....,” kata Wisnu sambil mengelus-elus kepalanya.
“Akira, siapa mereka?” tanya Karina.
“Mereka adalah kedua orang tuaku,” kata Akira sambil tersenyum.
“Oohhh...hhh,” kata Karina, kemudian ia tersenyum kepada kedua orang tuanya Akira itu.
“Wah, orang tuanya Akira unik, Mamanya orang Indonesia dan Papanya orang Jepang, Papanya mirip sekali dengan Akira,” kata Karina dalam hati.
“Kamu pacarnya Akira, ya?” tanya Papanya Akira langsung. Akira pun kaget setelah mendengar perkataan Papanya itu.
“Papa!” teriak Akira kesal.
“Apa Oom? Pacar?” tanya Karina agak keheranan.
“Ka...Karina, tidak usah di dengarkan, Papaku sudah biasa ngomong seperti itu,” kata Akira jadi salah tingkah.
“Idih, Akira malu-malu. Bilang saja terus terang bagaimana perasaanmu sama Karina, mumpung belum terlambat,” bisik Wisnu di samping Akira.
“Plak...kkkkk!”
Wisnu terkena hantaman lagi dari Akira, sungguh sial nasib Wisnu, tetapi ini juga karena sikap isengnya kepada Akira yang tidak karuan yang menyebabkannya kena hantaman terus. Dan kali ini tangan Akira yang melayang ke arah Wisnu dan akhirnya tepat mengenai wajah Wisnu.
“Aduh! Akira, kok mukul aku lagi, sih? Aku kan ngomong yang sebenarnya ke kamu,” kata Wisnu sambil mengelus mukanya.
“Makanya kamu diam dulu, dong!” kata Akira kesal.
“Ha...ha...ha..., Wisnu lucu,” kata Karina setelah melihat W isnu kena pukul lagi dari Akira, walau sebenarnya tidak begitu keras, sih.
“Ayolah Akira, bilang ke Karina bagaimana perasaanmu kepadanya. Kalau tidak....,” kata Wisnu lagi.
“Kalau tidak kenapa?” tanya Akira menantang.
“Kalau tidak, biar aku yang menembak Karina,” bisik Wisnu di telinga Akira. Akira pun sempat kaget dan menoleh ke arah Wisnu setelah mendengar perkataan Wisnu.
“Apa Wisnu ?” tanya Akira lagi.
“Kamu nggak dengar ? Oke, biar aku berkata lebih keras agar kamu dengar dan sekaligus semua orang-orang disini mendengarnya,” kata Wisnu dan kemudian mengambil nafas panjang lalu berdiri di samping Akira, Akira pun kaget dan akhirnya….
“Kalau Akira tidak mengatakan yang sebenarnya, aku yang akan…..,”
“Plak…kkkkk!”
Belum selesai bicara, sandal Akira sudah melayang lagi ke arah Wisnu, tetapi kali ini ke arah pantatnya Wisnu.
“Aduh!” teriak Wisnu sambil memegangi pantatnya.
“Akira! Kau kejam!” teriak Wisnu.
“Kau yang pertama mencari-cari masalah denganku!” kata Akira membela diri.
“Oke, aku akan diam. Tetapi, kalau sampai kamu tidak mengatakan hal ini sekarang, kau tidak akan tenang saat menjalani pengobatanmu di luar negeri. Karena aku..., akan menembak Karina. So, saat kamu kembali, Karina sudah menjadi milikku. Ho...ho...ho...,” kata Wisnu sambil pergi menjauh dari Akira. Sebenarnya hal itu dilakukan untuk memancing Akira agar berani menyatakan perasaannya ke Karina. Setelah mendengar perkataan Wisnu, Akira pun terdiam sambil menatap ke arah Wisnu.
“Kalian berdua kenapa, sih? Berantem, ya?” tanya Karina kepada Wisnu dan Akira.
“Tenang Karina, kami tidak bertengkar, kok. Kami hanya membicarakan suatu hal dan Akira sedang merenungkannya. Ha...ha...ha...,” kata Wisnu sambil sedikit tertawa.
“Kalian sedang membicarakan apa, sih? Kelihatannya serius sekali,” tanya Papanya Akira.
“Nggak kok, Oom. Kita hanya membicarakan hal yang sangat kecil,” kata Wisnu sambil menjentikkan jarinya.
“Ooohhh, gimana Akira? Sudah siap? Sebentar lagi mobil jemputan akan datang,” kata Papanya Wisnu.
“Ya, Pa. Akira mau ngomong sama teman-teman Akira dulu sebentar lagi, ya?” kata Akira sambil tersenyum.
“Ya, tetapi jangan lama-lama,” kata Papanya Akira.
“Karina, Wisnu, sebentar lagi aku mau berangkat. Tunggu aku, ya. Aku akan segera kembali setelah aku sembuh,” kata Akira.
“Ayo, Akira, ‘Ganbatte Kudasai’! Dan katakan kepadanya sekarang,” kata Wisnu mensuport Akira. Setelah mendengar perkataan Wisnu, Akira pun tersenyum dan menarik nafas perlahan-lahan.
“Oke, aku akan segera mengatakannya sekarang,” kata Akira.
“Nah, begitu, dong! Itu baru yang namanya Akira,” kata Wisnu sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Kalian berdua ngomong apa, sih? Aku benar-benar tidak mengerti,” tanya Karina bingung.
“Sudah, kau diam saja. Sebentar lagi Akira akan membicarakan suatu hal yang sangat menarik kepadamu,” kata Wisnu. Setelah mendengar perkataan Wisnu, Karina menjadi bertambah bingung.
“Akira, aku nggak mengerti apa yang Wisnu katakan,” kata Karina kepada Akira.
“Hmmmm...,”
“Karina, tolong dengarkan perkataanku, ya,” kata Akira.
“Ya, akan aku dengarkan. Ayo katakan saja,” kata Karina.
“Karina, tunggulah aku. Aku akan segera kembali setelah sembuh, tetapi setelah aku kembali kau harus mau menjadi pacarku, oke!” kata Akira sambil tertawa kecil kemudian rona mukanya berubah memerah, putihnya wajah Akira membuatnya terlihat lucu jika wajahnya memerah. Karina pun sempat kaget mendengar perkataan Akira tadi, kemudian dia tersenyum.
“Yah, aku berjanji, aku akan terus menantimu sampai kau kembali kesini dan….., jadilah pacarku,” kata Karina sambil meneteskan air mata dan sedikit tersenyum.
“Yes! Akira, selamat, ya!” kata Wisnu senang. Akira hanya tersenyum mendengar perkataan Wisnu.
“Sudahlah, kok kamu jadi menangis, sih? Aku akan baik-baik saja, kok,” kata Akira kepada Karina.
“Aku nggak nangis, kok. Aku cuma terharu, he...he...he...,” kata Karina sambil mengusap air matanya dan tersenyum.
“Ma, anak kita sudah punya pacar, nih!” kata Papanya Akira sambil mengusap-usap kepalanya Akira. Akira hanya menunduk dan tersenyum dengan wajah memerah.
“Selamat, ya, Akira. Akira kok nggak pernah bilang ke Mama, sih, kalau punya teman cewek?” tanya Mamanya Akira.
“Ngapain juga bilang-bilang?” tanya Akira sambil cemberut.
“Ya, kamu biasanya kan nggak pernah dekat sama yang namanya cewek. Mama tahu sifatmu itu,” kata Mamanya Akira sambil mencubit pipi Akira.
“Huh, biarin!” kata Akira lagi.
“Hmmmm.....mmm, oke deh. Aku pamit sekarang teman-teman,” kata Akira berpamitan.
“Ya. Hati-hati, ya, Akira,” kata Karina.
“Wisnu, selama aku di luar negeri tolong jaga Karina, ya,” kata Akira.
“Ya, tetapi jangan lupa bayarannya untuk menyewa bodyguard ini, oke. He…he…he…” jawab Wisnu iseng sambil tertawa kecil disambut gelak tawa Akira dan Karina.
“Karina, Wisnu, aku pergi dulu, ya,” pamit Akira.
“Cepat sembuh, ya, Akira,” kata Karina lagi.
“Akira, jangan lupa kembali kalau sudah sembuh, nanti Karina aku ambil kalau kamu nggak kembali-kembali juga,” kata Wisnu.
“Huh, awas kamu kalau berani,” kata Akira kesal.
“Akira, cepat! Nanti ketinggalan pesawat, lho,” kata Mamanya.
“Ya sudah, aku pergi dulu, ya,” kata Akira. Mamanya langsung menghampiri Akira dan membantu Akira mendorong kursi rodanya menuju mobil.
***
Empat bulan telah berlalu sejak Akira pergi berobat ke luar negeri. Karina merasa kesepian sekali jika tidak ada Akira, rasanya seperti ada yang kurang walaupun ada Wisnu. Meski Karina dan Akira tetap berhubungan melalui Handphone, tetapi Akira tidak pernah mengatakan kapan dia selesai dari pengobatannya itu. Setiap pulang sekolah, Karina selalu menyempatkan diri melihat keadaan rumah Akira untuk mengetahui apakah Akira sudah pulang?
Suatu hari saat Karina pulang sekolah, dia sengaja melewati rumah Akira untuk mengetahui Akira sudah selesai berobat dari luar negeri atau belum. Tetapi, yang Karina dapati hanya rumah yang sepi seperti tidak berpenghuni.
“Akira, apakah kamu masih lama disana? Aku sudah lama menanti kepulanganmu, belum sembuhkah kamu? Sebegitu parahkan cederamu sehingga membuatmu lama disana?” kata Karina sambil menatap rumah Akira.
“Benarkah kau selalu menanti kepulanganku??” tanya seseorang. Mendengar pertanyaan itu Karina langsung menoleh. Betapa kagetnya Karina setelah mendapati orang yang berkata tadi adalah Akira.
“Karina, aku pulang!” kata Akira lagi. Karina pun langsung menghampiri dan memeluk Akira. Akira hanya bisa tersenyum kecil saat Karina memeluknya.
“Selamat datang kembali, Akira,” jawab Karina.
“Karina, aku datang juga untuk menagih janjimu. Kau mau menerimaku sebagai pacarmu kan? ” tanya Akira tiba-tiba. Karina sempat terdiam sejenak setelah mendengar pertanyaan Akira dan akhirnya dia tersenyum dan berkata...
“ Tentu saja aku mau,” kata Karina.
“Kenapa kau tidak memberiku kabar kalau hari ini kau kembali?” tanya Karina kepada Akira.
“Kalau aku memberimu kabar bukan ‘Surprise’, dong! Ya, kan Wisnu?” kata Akira sambil menoleh ke belakang dan tersenyum kepada seseorang. Orang itu pun keluar dari persembunyiannya setelah mendengar perkataan Akira tadi. Ternyata dia Wisnu.
“Ya, seperti itulah kira-kira,” jawab Wisnu enteng.
“Wisnu, kamu kok nggak bilang kepadaku kalau Akira sudah pulang?!?” tanya Karina kesal.
“Ya, karena sepertinya kamu sudah kangen sekali kepada Akira, jadi aku bilang ke Akira agar dia memberimu ‘Surprise’ dengan menunggumu disini, tiap pulang sekolah kamu kesini kan melihat keadaan rumah Akira? Aku tahu itu,” kata Wisnu sambil mengedipkan sebelah matanya.
“Kamu! Kamu selalu memata-mataiku sepulang sekolah, ya?!” teriak Karina sambil menunjukkan jari telunjuknya ke arah Wisnu.
“Lho? Kenapa heran? Bukannya saat Akira berangkat dia berpesan agar aku menjagamu, ya? Kau lupa?” kata Wisnu.
“Iya, aku tahu. Tetapi, kenapa sampai pulang pun kau mengikutiku?” tanya Karina heran.
“Hmmm…mmmm, gimana ya? Begini ceritanya, Akira selalu saja khawatir kepadamu, aku sampai capek di tanya-tanyai dia terus. So, aku terus mengawasimu dari jauh, betul kan Akira???” kata Wisnu sambil mengedipkan sebelah matanya. Akira hanya terdiam dengan wajah memerah.
“Betulkah itu, Akira?” tanya Karina sambil mengernyitkan dahi.
“Ya, sih. Tetapi, aku tidak sampai sebegitunya bertanya ke Wisnu, dia hanya membesar-besarkan saja,” kata Akira malu.
“Yah, Akira bohong tuh, Karina. Dia itu sebetulnya sangat-sangat mengkhawatirkanmu, betul itu, aku nggak bohong! Sumpah!” kata Wisnu meyakinkan.
“Wisnu, hentikan keisenganmu itu!” kata Akira sambil tertawa kemudian disambut gelak tawa Wisnu dan Karina.
“Tuh, kan dia tertawa? Itu tandanya apa yang aku katakan tadi itu benar,” kata Wisnu.
“Aduh, capek, deh,” kata Karina sambil menempelkan tangannya di kening.
Akhirnya, pertemuan awal mereka yang tidak terduga itu berujung dengan perasaan cinta yang saling menyatu.

THE END

Created By : Riesa Annis Safitri (Taka Shinrei)
Ini salah satu cerpenku, moga banyak yang suka ^_^. Masih amatir, sih :P

3 komentar:

  1. Cerpennya bagus kak ^^
    hehe . ..
    cerpen kak fifi emang bagus" ^^

    BalasHapus
  2. Makasih adek... :3
    Yoo, komen2 lagi... ^____^v

    BalasHapus
  3. Abis baca ni cerpen, knp slalu aja aku nnton film yg nama tokoh utamanya ga jauh jauh dari karina? karin, kirana, karina jg ada -_-
    But, keren cerpennya, tante :D
    lucu menarik keren, dah, pkoknya..

    BalasHapus