Kamis, 10 Desember 2009

Beberapa fungsi yang minimal harus dimiliki oleh Negara

1. Menjaga Keamanan dan Ketertiban.

Menjaga keamana dan ketertiban di suatu Negara itu diperlukan untuk mencegah terjadinya pertikaian yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Untuk mewujudkan ketertiban dan keamanan maka Negara berkewajiban untuk membentuk sistem hukum sehingga akan tercipta suatu pola kehidupan yang tertib dan damai. Jika dalam masyarakat tidak terdapat sistem hukum, maka akan terjadi kekacauan.

2. Pertahanan

Petahanan sangat diperlukan oleh suatu Negara untuk menjaga wilayahnya dari serangan musuh baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Pertahanan akan menentukan bertahan atau tidaknya suatu bangsa dan Negara. Untuk itulah Negara berkewajiban untuk mengadakan sistem pertahanan yang kokoh melalui pengadaan peralatan pertahanan, lengkap dengan personil militer yang berkualitas.

3. Kemakmuran dan Kesejahteraan Rakyat

Negara berkewajiban untuk menciptakan sistem perekonomian yang dapat menjamin kemakmuran dan kesejahteraan bagi warga negaranya. Guna mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya maka Negara harus berperan serta aktif dalam bidang perekonomian.

4. Menegakkan Keadilan

Negara harus menegakkan sistem hukum untuk mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian akan tercipta kehidupan masyarakat yang harmonis dan masyarakat yang berkeadilan social. Salah satu cara yang harus ditempuh adalah dengan membentuk badan peradilan.

Selasa, 08 Desember 2009

Manusia purba di Indonesia

Indonesia menempati posisi penting dalam penemuan manusia purba sebab fosil manusia purba yang ditemukan di Indonesia berasal dari semua kala Pleistosen. Manusia-manusia purba yang ditemukan di Indonesia adalah sebagai berikut.

a) Meganthropus Paleojavanicus (manusia purba raksasa dari jawa)

Fosil Meganthropus Paleojavanicus ditemukan oleh Von Koeningswald di Sangiran, lembah Bengawan Solo pada tahun 1936-1941. Fosil ini berasal dari lapisan Pleistosen Bawah.

Ciri-ciri :

- jenis manusia purba paling primitif

- hidup dengan cara mengumpulkan makanan (food gathering)

- makanan utamanya berasal dari tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan

- badan tegap

- rahang dan geraham sangat besar dan kuat

- tonjolan keningnya menjorok

- tonjolan tulang kepala bagian belakang besar

- tidak mempunyai dagu

- diduga sudah berjalan tegak

- volume otak 1029 cc

b) Pithecanthropus (manusia kera berjalan tegak)

Fosil Pithecanthropus adalah fosil manusia purba yang paling banyak ditemukan di Indonesia. Fosil Pithecanthropus berasal dari Pleistosen bagian bawah dan tengah.

Ciri-ciri :

- tinggi badan berkisar 165-180 cm

- hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan (hunting and food gathering)

- badan tegap tapi tidak setegap meganthropus

- geraham besar

- rahang kuat

- tonjoln kening melintang yang tajam

- dagu dan hidung lebar

- sudah berjalan tegak

- volume otak 750-1000 cc

Pithecanthropus terdiri dari beberapa jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Pithecanthropus Mojokertensis

Ditemukan oleh Von Koeningswald di desa Perning, Lembah Bengawan Solo Mojokerto, Jawa Timur pada lapisan Pleistosen Bawah. Ia berhasil menemukan sebuah tengkorak anak-anak yang usianya diperkirakan lima tahun. Pithecanthropus Mojokertensis berbadan tegap, mukanya menonjol ke depan dengan kening yang tebal dan tulang pipi yang kuat.

2. Pithecanthropus Robustus

Ditemukan oleh Weidenreich dan Von Koeningswald pada tahun 1939 di Trinil, Lembah Bengawan Solo. Fosil ini berasal dari Pleistosen Bawah. Von Koeningswald menganggap fosil ini sejenis dengan Pithecanthropus Mojokertensis.

3. Pithecanthropus Erectus

Ditemukan oleh Eugene Dubois di desa Trinil, Ngawi, Jawa Timur, pada tahun 1890 berasal dari lapisan Pleistosen Tengah. Mereka hidup sekitar satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus berjalan tegak dengan badan yang tegap dan alat pengunyah yang kuat. Bila dihubungkan dengan teori evolusi Darwin, Pithecanthropus Erectus dianggap sebagai Missing Link atau makhluk peralihan dari kera ke manusia. Di Asia, fosil Pithecanthropus di gua di daerah Chou-kou-tien, Cina dan disebut Pithecanthropus Pekinensis. Di Afrika, ditemukan di Kenya dan disebut Australopithecus Africanus. Di Eropa Barat dan Tengah disebut manusi Piltdown dan Heidelberg. Menurut para ahli, jenis makhluk ini kemudian berevolusi menjadi Homo Neanderthalensis. Menurut Teuku Jacob, Pithecanthropus sudah bias bertutur.

KATA ULANG

Kata ulang adalah bentuk dasar dalam pemakaian bahasa yang terjadinya dari pengulangan kata, baik dalam pengucapan maupun penulisannya. Kata ulang merupakan kata yang diulang menulisnya. Kata ulang yang ditulis dengan tanda penghubung ( coret ). Pada surat kabar, tulisan cepat, notula bisa memakai angka dua kecil di atas.
Dalam penulisannya, kata ulang untuk Bahasa Indonesia yang disempurnakan ( EYD ) ialah dengan memberikan tanda hubung diantara kedua dasarnya.

# Makna Kata Ulang

1. Kata ulang kata benda
a. Menyatakan banyak atau serupa
Contoh : Murid-murid, orang-orang, daun-daun
b. Menyatakan tiruan atau menyerupai
Contoh : Mobil-mobilan, robot-robotan, pedang-pedangan
c. Menyatakan bermacam-macam
Contoh : Sayur-sayuran, lauk-pauk, umbi-umbian
d. Menyatakan setiap
Contoh : Gerak-gerik orang itu mencurigakan.

2. Kata ulang kata kerja
a. Menyatakan terus-menerus
Contoh : Kemarin ayah tidur-tidur saja.
b. Menyatakan tanpa tujuan
Contoh : Kemarin kakak berjalan-jalan saja.
c. Menyatakan berulang-ulang
Contoh : Berteriak-teriak, melempar-lempar, berlari-lari
d. Menyatakan selalu
Contoh : Kursi itu jangan dipindah-pindahkan!
e. Menyatakan saling ( residok )
Contoh : Hajar-menghajar, makan-memakan
3. Kata ulang kata sifat
a. Menyatakan sangat/menyangatkan
Contoh : Erat-erat, sunyi-senyap
b. Menyatakan pada umumnya
Contoh : Walau jauh dari ibu kota orang di desa kaya-raya.
c. Menyatakan sesuatu yang maksimal
Contoh : Tenaganya terkuras habis-habisan disana.
d. Menyatakan agak
Contoh : Kemerah-merahan, kebiru-biruan, keputih-putihan
e. Menyatakan walau
Contoh : Kecil-kecil cabe rawit
f. Menyatakan intensitas/derajat
Contoh : Setinggi-tingginya, sekencang-kencangnya
g. Menyatakan memiliki sifat
Contoh : Keibu-ibuan, kekanak-kanakan

# Menurut bentuk, kata ulang ada 4 macam, yaitu :

1. ( Dwipurwa Jawa/reduplika ) adalah kata yang diulang suku kata pertama.
Contoh :
Jaka menjadi jejaka
Tangga menjadi tetangga
Berapa menjadi beberapa
2. Kata ulang sejati ada 3 macam, yaitu :
a. Murni yang diulang kata dasarnya, misalnya :
* Makan-makan, lari-lari, rumah-rumah, jalan-jalan
b. Berimbuhan, misalnya :
* Tertawa-tawa, tali-temali, minum-minuman
c. Variasi/berubah bunyi, misalnya :
* Beras-petas, teka-teki, lauk-pauk, sayur-mayur
3. Kata ulang bersambung, misalnya :
* Kenang-kenangan, setinggi-tingginya
4. Kata ulang semu, artinya jauh berbeda dengan kata dasarnya, misalnya :
* Agar-agar, kuda-kuda

All About Cerpen 2

Pengertian Cerpen

Cerpen adalah suatu cerita yang menceritakan sebagian kecil kehidupan manusia yang berkesan.

Ciri-ciri cerpen

§ Menggunakan alur tunggal.

§ Bahasanya mudah dipahami.

§ Masalah yang dipaparkan tidak terlalu kompleks.

§ Pelaku atau tokoh dalam cerita tidak terlalu banyak.

§ Terdapat konflik atau degrasi, tetapi tidak mengubah nasib pelaku.

A. Unsur-Unsur dalam Cerpen

1. Unsur Intrinsik.

Unsur intrinsik adalah unsur yang terdapat di dalam karya sastra yang membangun karya sastra itu sendiri.

Unsur Intrinsik dalam cerpen, meliputi:

a. Tema

Tema adalah persoalan pokok yang menjadi bahan utama suatu cerita.

Tema akan dapat dipahami oleh pembaca, jika ia membaca keseluruhan cerita dan menyimpulkannya.

Cara menentukan tema, antara lain:

1) Melalui alur

Dapat dilakukan dengan menelusuri peristiwa demi peristiwa dan hubungan sebab akibat dari peristiwa yang dialami tokoh.

2) Melalui pengamatan tokoh

Dapat dilihat dari tingkah laku tokoh, sehingga dapat dilukiskan bagaimana si tokoh menghadapi permasalahan.

3) Melalui pernyataan bahasa

Misalnya, dari ucapan tokoh-tokoh dalam cerita dapat diketahui masalah yang disampaikan pengarang.

b. Alur / Plot

· Alur adalah rangkaian kejadian yang dialami oleh para pelaku sehingga menjadi sebuah cerita.

· Alur terdiri dari beberapa tahapan, yaitu:

1) Tahapan Permulaan

Pengarang memperkanalkan tokoh-tokohnya, menjelaskan tempat peristiwa itu terjadi, memperkenalkan kemungkinan peristiwa yang akan terjadi, dan sebagainya.

2) Tahapan Pertikaian

a) Tahapan ini dimulai dari tahapan inciting force. Dalam tahapan ini muncul kekuatan, kehendak, kemauan, sikap, pandangan, dan sebagainya yang saling bertentangan antar para tokoh dalam cerita.

b) Tahapan rising-action. Dalam tahapan ini, terlihat suasana emosional yang semakin panas karena para tokoh mulai terlibat konflik. Konflik terdiri dari 4 jenis, yaitu:

i. Konflik manusia melawan alam

Misalnya : Pertempuran nelayan dengan amukan gelombang yang keras yang akan menenggelamkan perahu layarnya.

ii. Konflik manusia melawan manusia

Misalnya: Peperangan, perkelahian, pertengkaran, persaingan, perebutan kedudukan.

iii. Konflik batin

Misalnya: Pergumulan antara kekuatan keberanian dan ketakutan, kejujuran dan kecurangan.

iv. Konflik manusia dengan Tuhan

Misalnya: Manusia meninggalkan Tuhannya.

3) Tahapan Perumitan

Suasana semakin panas karena konflik semakin mendekati puncaknya. Gambaran nasib terhadap tokoh dalam cerita semakin tampak jelas.

4) Tahapan Puncak / Klimaks

Tahapan ini merupakan tahapan di mana konflik itu mencapai titik optimal. Dalam tahapan ini nasib para tokoh ditentukan dan tahapan inilah yang berfungsi sebagai pengubah nasib para tokoh.

5) Tahapan Peleraian

Dalam tahapan ini, kadar konflik mulai berkurang dan menurun yang mengakibatkan ketegangan emosional ikut menyusut dan berusaha kembali pada keadaan yang wajar seperti sebelum konflik-konflik bermunculan.

6) Tahapan Akhir

Tahapan ini merupakan ketentuan final dari segala konflik yang disajikan dan merupakan kesimpulan dari segala macam masalah yang dipaparkan. Akhir cerita yang membahagiakan disebut denouement, sedangkan akhir cerita yang menyedihkan disebut dengan catastrophe. Adapun akhir cerita yang bersifat terbuka karena pembaca sendiri yang disuruh menyelesaikan cerita itu dengan imajinasinya disebut solution.

c. Latar / Setting

Latar adalah tempat, suasana, waktu terjadinya suatu peristiwa. Latar diciptakan untuk membangun suasana tertentu yang dapat menggerakkan perasaan dan emosi pembaca.

d. Sudut Pandang

Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan atau memperlakukan dirinya dalam cerita yang ditulisnya.

Sudut pandang dapat dibedakan menjadi 2 pola utama, yaitu :

1) Pola orang pertama

Dalam pola ini penulis terlibat dalam cerita yang dikarangnya. Dapat dikategorikan menjadi 3 macam, yaitu :

i) Pengarang sebagai tokoh utama.

Pengarang mengisahkan peristiwa yang dialaminya baik fiktif maupun riil.

ii) Pengarang sebagai pengamat tidak langsung.

Pengarang terlibat dalam keseluruhan peristiwa, tetapi hanya sebagai pengamat semata.

iii) Pengarang sebagai pengamat langsung

Pengarang terlibat secara penuh dalam peristiwa pada cerita yang dikarangnya bahkan ia ikut menentukan perkembangan peristiwa meskipun ia bukan tokoh utama.

2) Pola orang ketiga

Dalam pola ini, pengarang tidak terlibat dalam peristiwa yang terjadi pada cerita. Dalam pola ini, pengarang dapat diibaratkan sebagai dalang, orang yang bercerita tanpa harus terlibat dengan peristiwa yang dialami tokoh-tokoh yang diceritakan.

Pola ini dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu :

i) Sudut Pandang Serba Tahu

Dalam tipe ini, pengarang mengetahui semua watak, keadaan, sikap hidup, dan sebagainya dari semua tokoh dalam cerita yang dikarangnya dan juga tahu tentang nasib yang dialami tokoh-tokoh itu.

ii) Sudut Pandang Terarah

Dalam tipe ini, pengarang tidak menguraikan seluruh keadaan tokoh yang ada, tetapi memusatkan diri pada satu tokoh saja yang mempunyai hubungan erat dengan perkembangan, alur, atau rangkaian kejadian.

e. Perwatakan

Perwatakan merupakan sifat tokoh yang ada dalam cerita. Dapat dibagi menjadi 3, yaitu :

1) Tokoh protagonis

Adalah tokoh yang dikenai permasalahan. Biasanya berkarakter positif.

2) Tokoh antagonis

Adalah tokoh yang membuat permasalahan. Biasanya berkarakter negatif.

3) Tokoh tritagonis

Adalah tokoh yang bersifat netral dan menjadi pelerai atau penengah.

f. Penokohan

Penokohan adalah cara pengarang melukiskan tokoh-tokoh dalam cerita yang ditulisnya. Biasanya berupa fisik, pembawaan atau postur tubuh.

g. Gaya bahasa

Gaya bahasa yaitu pemilihan kata yang digunakan oleh pengarang untuk menyajikan cerita.

h. Majas

Majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis

i. Amanat

Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.

2. Unsur Ekstrinsik

Unsur ekstrinsik adalah unsur yang mendukung suatu karya sastra dari luar, yaitu :

a. Nilai budaya adalah suatu adat istiadat yang menjadi suatu kebiasaan dan sukar diubah.

b. Nilai agama adalah nilai-nilai yang berhubungan dengan prinsip kepercayaan kepada Tuhan dengan ajaran kebaktian dan kewajiban yang berhubungan dengan kepercayaan tersebut.

c. Nilai moral adalah ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan , sikap, kewajiban, akhlak, dan budi pekerti.

d. Nilai sosial adalah sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. Misalnya suka menolong, mengutamakan kepentingan umum dan bersikap dermawan.

B. Pola Pengembangan Deskripsi


Paragraf deskripsi adalah jenis paragraf yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan terperinci. Paragraf deskrispi bertujuan melukiskan atau memberikan gambaran terhadap sesuatu dengan sejelas-jelasnya sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat, mendengar, membaca, atau merasakan hal yang dideskripsikan. Pola pengembangan paragraf deskripsi, antara lain, meliputi pola pengembangan spansial dan pola sudut pandang.

a. Pola spansial


Pola spansial adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan atas ruang dan waktu. Dengan teratur, penulis menggambarkan suatu ruangan dari kiri ke kanan, dari timur ke barat, dari bawah ke atas, dari depan ke belakang, dan sebagainya. Uraian tentang kepadatan penduduk suatu daerah dapat dikemukakan dengan landasan urutan geografi (misalnya: dari barat ke timur atau dari utara ke selatan); deskripsi mengenai sebuah gedung bertingkat dapat dilakukan dari tingkat pertama berturut-turut hingga tingkat terakhir, penggambaran terhadap suasana suatu lingkungan dapat dilakukan mulai dari siang, sore, hingga malam hari.


Contoh:
Pada malam hari, pemandangan rumah terlihat begitu eksotis. Apalagi dengan cahaya lampu yang memantul dari seluruh penjuru rumah. Dari luar bangunan ini tampak indah, mampu meberikan pancaran hangat bagi siapa saja yang memandangnya. Lampu-lampu taman yang bersinar menambah kesan eksotis yang telah ada. Begitu hangat. Begitu indah.

b. Pola sudut pandang.


Pola sudut pandang adalah pola pengembangan paragraf yang didasarkan tempat atau posisi seorang penulis dalam melihat sesuatu. Pola sudut pandang tidak sama dengan pola spasia. Dalam pola ini penggambaran berpatokan pada posisi atau keberadaan penulis terhadap objek yang digambarkannya itu. Untuk menggambarkan sesuatu tempat atau keadaan, pertama-tama penulis mengambil sebuah posisi tertentu. Kemudian, secara perlahan-lahan dan berurutan, ia menggambarkan benda demi benda yang terdapat dalam tempat itu, yakni mulai dari yang terdekat kepada yang terjauh.


Contoh:
Sekarang hanya beberapa langkah lagi jaraknya mereka dari tebing diatas jalan. Medasing menegakkan dirinya sambil mengasai kemuka dan ia pun berdiri tiada bergerak sebagai pohon diantara pohon-pohon yang lain. Oleh isyarat yang lebih terang dari perkataan itu maju sekian temannya sejajar dengan dia.


Di antara daun kayu tapak kepada mereka tebing tu turun ke bawah; dikakinya tegak pondok, sunyi-mati, tak sedikit jua pun kentara, bahwa dia melindungi manusia yang hidup, pandai bergerak dan bersuara. Di bawahnya kedengaran sebentar-bentar sepi mendengaus dan bintang-bintang itupun kelihatan kekabur-kaburan dalam sinar bara yang kusam. Dari celah-celah dinding pondok keluaran cahaya yang kuning merah, tetapi tiada berupa jauh sinar yang halus itu lenyap dibalut oleh kelam yang maha kuasa. Dikelilingi pondok itu tertegak pedati, ketiganya sunyi dan sepi pula.

C. Kalimat Tidak Bersubjek.

1. Di Jakarta akan mengadakan pameran pembangunan selama bulan Agustus tahun ini.

2. Pada bacaan anak-anak harus memberikan contoh atau teladan yang baik.

Kalimat 1 dan 2 tersebut merupakan kalimat tidak bersubjek. Hal itu disebabkan di depan kata Jakarta dan di depan bacaan anak-anak terdapat kata depan di (1) dan pada (2) sehingga kata-kata tersebut berubah fungsi menjadi keterangan tempat. Oleh karena itu, kalimat-kalimat tersebut tergolong kalimat yang tidak baku. Seharusnya kata depan di dan pada itu dihilangkan.