By Muda Wijaya Feat R.A Safitri
(awal)
Muda Wijaya >> Riesa Annis Safitri-Miss Red;
Tak ingin aku beri malam untukmu
Sebab tubuh ini menjelma musim dingin
Angin mengusap gugur
Seiring pekik burung yang parau
17 menit yang lalu · Suka · Komentari · Lihat Pertemanan
o
Riesa Annis Safitri-Miss Red ;
Begitu tubuh tak sanggup
Berikan kehangatan
Padaku angin musim dingin
Membeku tetesan surgawi itu ke Bumi
o
Muda Wijaya ;
Ah daun gugur bertilam sunyi
Api berontakku menyala
Langit yang jauh
Menatap mataku merah saga
+
Riesa Annis Safitri-Miss Red ;
Bahkan tetesan surgawi
Tak sanggup memadamkannya
Yang telah terjebak dalam lingkar api
Bulan tersenyum
Menertawakan diriku
+
Muda Wijaya ;
Bulan yang kabangan
Merontokkan musim perjalanan
Tanpa bintang penerang
Aku terjerembab dalam lorong
Lembab
Sembab langkahku
_____________________________________
larik larik dari tiap paragrag yang di satukan
Tak ingin aku beri malam untukmu
Sebab tubuh ini menjelma musim dingin
Angin mengusap gugur
Seiring pekik burung yang parau
Begitu tubuh tak sanggup
Berikan kehangatan
Padaku angin musim dingin
Membeku tetesan surgawi itu ke bumi
Ah daun gugur bertilam sunyi
Api berontakku menyala
Langit yang jauh
Menatap mataku merah saga
Bahkan tetesan surgawi
Tak sanggup memadamkannya
Yang telah terjebak dalam lingkar api
Bulan tersenyum
Menertawakan diriku
Bulan yang kabangan
Merontokkan musim perjalanan
Tanpa bintang penerang
Aku terjerembab dalam lorong
Lembab
Sembab langkahku
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
dari masing masing komentar catatan dipadukan berdiri masing masing
Muda Wijaya;
Tak ingin aku beri malam untukmu
Sebab tubuh ini menjelma musim dingin
Angin mengusap gugur
Seiring pekik burung yang parau
Ah daun gugur bertilam sunyi
Api berontakku menyala
Langit yang jauh
Menatap mataku merah saga
Bulan yang kabangan
Merontokkan musim perjalanan
Tanpa bintang penerang
Aku terjerembab dalam lorong
Lembab
Sembab langkahku
------------------------------------
------------------------------
Riesa Annis Safitri-Miss Red ;
Begitu tubuh tak sanggup
Berikan kehangatan
Padaku angin musim dingin
Membeku tetesan surgawi itu ke bumi
Bahkan tetesan surgawi
Tak sanggup memadamkannya
Yang telah terjebak dalam lingkar api
Bulan tersenyum
Menertawakan diriku
12 november 2010
Muda Wijaya & RA Safitri
Jumat, 12 November 2010
Percakapan Imaji (Latihan Sebuah Pembebasan II)
Riesa Annis Safitri-Miss Red
Ombak meraung
Bersama kicauan burung camar
Yang menari di atas semenanjung
Ditemani cahaya keemasan senja....
45 menit yang lalu · Komentari · Suka
*
Riesa Annis Safitri-Miss Red menyukai ini.
o
Muda Wijaya ;
Gadis manis bergaun merah menyala
Menangkapi asin matanya
Ia mulai belajar tentang cuaca
36 menit yang lalu · Suka
o
Riesa Annis Safitri-Miss Red ;
Kurebahkan tubuhku di atas jutaan pasir putih
Kupandangi langit
Burung camar dan ombak menyapaku
Aku tersenyum pada mereka
Kupejamkan mataku
Menikmati alunan ombak yang begitu berirama
Dihiasi kicauan burung camar
32 menit yang lalu · Suka
o
Muda Wijaya ;
Lalu memintal segala peristiwa..
Getar ombak dan dan kicau camar
Bernada dalam tubuhnya..
Disela pasir putih itupun suaranya menuliskan larik..
25 menit yang lalu · Suka
o
Riesa Annis Safitri-Miss Red ;
Angin pun tak mau kalah
Bersiulah ia bersama gesekan daun kelapa
Yang memberikan melodi
21 menit yang lalu · Suka
o
Muda Wijaya ;
Telah diciptakan orkestra yang tak habis
Sebelum pulang bersahabat mengajak pulang
Tak habis habis kegelisahan..
Serupa merebut rindu yang tak tertangkap..
18 menit yang lalu · Suka
o
Riesa Annis Safitri-Miss Red ;
Alam telah memandikan tubuhku
Dengan segala alunannya
Aku masih ingin melanjutkannya
Aku belum ingin menyudahinya
15 menit yang lalu · Suka
o
Muda Wijaya ;
Di sebab suara suara semata bersandar
Lalu pandangnya yang tak sunyi
Sebelum diluar betanya tanya tentang setia
Dan langit membuka warna untukmu semata
Tanpa memngaburkan makna tengadah
8 menit yang lalu · Suka
o
Riesa Annis Safitri-Miss Red ;
Kesetiaan pada alunan alam
Tak ingin kembali pada kesunyian
Alam telah menutup pintu kesunyianku
ANTAR DINDING ;
Muda Wijaya-Riesa Annis Safitri
Menegadahkan rasa lelah menantang langit
Menerima berita berpusing tentang kematian..
Riesa Annis Safitri - Muda Wijaya
Langit pun menangis
Membawa berita kematian
Sementara Dewa kematian sedang tersenyum
Bersama awan kelabu dan tumpukan abu
Ombak meraung
Bersama kicauan burung camar
Yang menari di atas semenanjung
Ditemani cahaya keemasan senja....
45 menit yang lalu · Komentari · Suka
*
Riesa Annis Safitri-Miss Red menyukai ini.
o
Muda Wijaya ;
Gadis manis bergaun merah menyala
Menangkapi asin matanya
Ia mulai belajar tentang cuaca
36 menit yang lalu · Suka
o
Riesa Annis Safitri-Miss Red ;
Kurebahkan tubuhku di atas jutaan pasir putih
Kupandangi langit
Burung camar dan ombak menyapaku
Aku tersenyum pada mereka
Kupejamkan mataku
Menikmati alunan ombak yang begitu berirama
Dihiasi kicauan burung camar
32 menit yang lalu · Suka
o
Muda Wijaya ;
Lalu memintal segala peristiwa..
Getar ombak dan dan kicau camar
Bernada dalam tubuhnya..
Disela pasir putih itupun suaranya menuliskan larik..
25 menit yang lalu · Suka
o
Riesa Annis Safitri-Miss Red ;
Angin pun tak mau kalah
Bersiulah ia bersama gesekan daun kelapa
Yang memberikan melodi
21 menit yang lalu · Suka
o
Muda Wijaya ;
Telah diciptakan orkestra yang tak habis
Sebelum pulang bersahabat mengajak pulang
Tak habis habis kegelisahan..
Serupa merebut rindu yang tak tertangkap..
18 menit yang lalu · Suka
o
Riesa Annis Safitri-Miss Red ;
Alam telah memandikan tubuhku
Dengan segala alunannya
Aku masih ingin melanjutkannya
Aku belum ingin menyudahinya
15 menit yang lalu · Suka
o
Muda Wijaya ;
Di sebab suara suara semata bersandar
Lalu pandangnya yang tak sunyi
Sebelum diluar betanya tanya tentang setia
Dan langit membuka warna untukmu semata
Tanpa memngaburkan makna tengadah
8 menit yang lalu · Suka
o
Riesa Annis Safitri-Miss Red ;
Kesetiaan pada alunan alam
Tak ingin kembali pada kesunyian
Alam telah menutup pintu kesunyianku
ANTAR DINDING ;
Muda Wijaya-Riesa Annis Safitri
Menegadahkan rasa lelah menantang langit
Menerima berita berpusing tentang kematian..
Riesa Annis Safitri - Muda Wijaya
Langit pun menangis
Membawa berita kematian
Sementara Dewa kematian sedang tersenyum
Bersama awan kelabu dan tumpukan abu
Minggu, 07 November 2010
Juara Harapan III Lomba Menulis Cerpen oleh Degenkcreative's
Tanggal 16 Oktober 2010, menjadi kesekian tanggal bersejarah bagiku....
Bertempat di Alliance Francaise Denpasar, deGenk Creative menyelenggarakan Penganugerahan Cerpenis Terbaik Lomba Cerpen deGenk Creative & Greentail 2010. Aku nggak menyangka ternyata cerpenku yang berjudul "Alam Pecinta Alam" berhasil meraih juara harapan III. Walau hanya juara harapan III, aku sudah sedikit berbangga. Karena pesertanya tak sedikit dari kalangan mahasiswa jurusan sastra ikut berpartisipasi dalam lomba ini. Thanks deGenk Creative, lain kali aku akan berusaha untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi.... :)
Ini cuplikan ceritanya :
Lewat tengah malam, lelaki paruh baya itu sudah sibuk di ruang tengah membersihkan dan mengisi satu set senapan laras panjangnya dengan butiran-butiran peluru. Tak lupa ia masukkan satu wadah kecil yang berisi ratusan butir peluru ke dalam tas pinggangnya.
Tepat pukul 02.00 dini hari, ia bergegas mengemas satu set senapan laras panjangnya itu ke dalam sebuah tas ransel besar dan melangkah ke garasi mobil.
“Ayah mau berburu lagi?” sambut seorang pemuda dengan tatapan tak suka, bersender di depan mobil box dan melipat kedua tangannya ketika lelaki paruh baya itu membuka pintu garasi mobil.
“Alam? Sejak kapan kau berdiri di situ?”
“Sejak Ayah sibuk mempersiapkan alat-alat berburu yang bersembunyi di balik tas ransel besar yang Ayah panggul itu,” jawab Alam ketus kemudian melangkah mendekati ayahnya.
Naskahku Dimuat Di Majalah Say
Ini naskah pertamaku yang dimuat di majalah, Majalah Say Edisi Agustus XD
Seneng banget ngeliat naskahku terpampang di majalah
Semoga aja para pembaca menyukai ceritanya, aku masih amatir jadi masih butuh banyak kritikan dan saran :)
Ini cuplikan ceritanya :
“Kira, maaf aku tidak bisa menepati janjiku. Sebagai gantinya aku akan membicarakan hal itu disini,” kata Rocky sambil memegang tanganku.
Aku hanya bisa diam ketika mendengar perkataannya dan tanpa sadar air mataku jatuh karena sudah tidak terbendung lagi.
“Kira, jangan nangis, dong. Nanti aku jadi sedih, lho, “ kata Rocky sambil mengusap air mataku.
“Aku, aku nggak nangis, kok. Aku hanya…”
“Ssttt, sudah tidak usah dilanjutkan lagi, ya,” kata Rocky sambil menempelkan jari telunjuknya ke depan mulutku, mengisyaratkan agar aku berhenti berkata dan dia tersenyum padaku.
KESUNYIAN
KESUNYIAN
By Yofi Aresa
Langit Menangis
Tak jua henti
Gemuruh tak luput menemani
Aku termangu
Menatap kelabu
Dari balik tirai jendela
Tangisan itu tak jua henti
Memecah kesunyian
Bersama kicauan burung
Yang merintih perih
Terbaringlah aku dalam peraduan
Berlari memecah keheningan malam
Hingga lelah raga ini mengejar
Ku tulis dalam paduan lukisan
Dalam kata bermakna
By Yofi Aresa
Langit Menangis
Tak jua henti
Gemuruh tak luput menemani
Aku termangu
Menatap kelabu
Dari balik tirai jendela
Tangisan itu tak jua henti
Memecah kesunyian
Bersama kicauan burung
Yang merintih perih
Terbaringlah aku dalam peraduan
Berlari memecah keheningan malam
Hingga lelah raga ini mengejar
Ku tulis dalam paduan lukisan
Dalam kata bermakna
Sabtu, 06 November 2010
BEBAS
BEBAS
By R.A Safitri
Gemericik air membahana
Dalam kesunyian malam
Di temani nyanyian para jangkrik
Bulan tak jua menghiburku
Bersembunyi ia di balik awan kelabu
Bersama bintang-bintang
Tidakkah ia kan membantuku?
Tuk bebaskanku
Yang terkurung dalam kesunyian?
Aku ingin bebas!
By R.A Safitri
Gemericik air membahana
Dalam kesunyian malam
Di temani nyanyian para jangkrik
Bulan tak jua menghiburku
Bersembunyi ia di balik awan kelabu
Bersama bintang-bintang
Tidakkah ia kan membantuku?
Tuk bebaskanku
Yang terkurung dalam kesunyian?
Aku ingin bebas!
Senin, 01 November 2010
Percakapan Imaji (Latihan Sebuah Pembebasan)
Riesa Annis Safitri ;
Hey Rembulan!!! Kau mau menemaniku begadang kan? Temani aku dengan sinarmu.... :)
Muda Wijaya ;
rembulan tak tampak dari jendela nak...
sediakanlah dirimu untuk sendiri..
Riesa Annis Safitri ;
Tetapi cahayanya kuharap tak hilang dari pandanganku....
Muda Wijaya ;
bagimana kau bisa mendapatkan cahayanya...
sementara kehadirannya terhalangi kabut tebal anakku jangan bergumam...
hari menjelang terjerang oleh kuasa malam...
rampungkanlah percakapanmu...
dan segera pejamkan mata barangkali rembulan akan hadir menemani malam istirahatmu...
Riesa Annis Safitri;
Yah...Mendung sedikit merampas cahaya sang rembulan
Tetapi diriku belum bisa memejamkan mata ini hingga kewajibanku selesai dikerjakan,
Muda Wijaya ;
ya sedianya demikian maka berbagilah akan mimpimu pada secarik kertas dengan segala nafas yang kau rindukan.rangkailah cerita bahagiamu dalam larik larik puisi biru..
Riesa Annis Safitri;
Kurangkaikan sebuah cerita bahagia
Dengan samurai mata pena
Yang begitu lincah menari
Menebas segala lembar kertas yang ada dengan kata2 yang begitu tajam...
Muda Wijaya;
baiklah...
hari ini sahabat puisimu sedang menggantung ingatannya ke bilik yang jauh...
iya lelah sehabis bermain dengan merpati merpati untuk sebuah lakon..
Riesa Annis Safitri;
Kuharap merpati2 itu kan membawanya ke dalam mimpi indah
Hingga ia kan menyambut indahnya pagi esok....
Muda Wijaya ;
ya dengan mata cemerlang membawa sayapnya yang indah...
hingga kesetiaannya bisa tetap berbagi...
RA Safitri dan Muda.
Hey Rembulan!!! Kau mau menemaniku begadang kan? Temani aku dengan sinarmu.... :)
Muda Wijaya ;
rembulan tak tampak dari jendela nak...
sediakanlah dirimu untuk sendiri..
Riesa Annis Safitri ;
Tetapi cahayanya kuharap tak hilang dari pandanganku....
Muda Wijaya ;
bagimana kau bisa mendapatkan cahayanya...
sementara kehadirannya terhalangi kabut tebal anakku jangan bergumam...
hari menjelang terjerang oleh kuasa malam...
rampungkanlah percakapanmu...
dan segera pejamkan mata barangkali rembulan akan hadir menemani malam istirahatmu...
Riesa Annis Safitri;
Yah...Mendung sedikit merampas cahaya sang rembulan
Tetapi diriku belum bisa memejamkan mata ini hingga kewajibanku selesai dikerjakan,
Muda Wijaya ;
ya sedianya demikian maka berbagilah akan mimpimu pada secarik kertas dengan segala nafas yang kau rindukan.rangkailah cerita bahagiamu dalam larik larik puisi biru..
Riesa Annis Safitri;
Kurangkaikan sebuah cerita bahagia
Dengan samurai mata pena
Yang begitu lincah menari
Menebas segala lembar kertas yang ada dengan kata2 yang begitu tajam...
Muda Wijaya;
baiklah...
hari ini sahabat puisimu sedang menggantung ingatannya ke bilik yang jauh...
iya lelah sehabis bermain dengan merpati merpati untuk sebuah lakon..
Riesa Annis Safitri;
Kuharap merpati2 itu kan membawanya ke dalam mimpi indah
Hingga ia kan menyambut indahnya pagi esok....
Muda Wijaya ;
ya dengan mata cemerlang membawa sayapnya yang indah...
hingga kesetiaannya bisa tetap berbagi...
RA Safitri dan Muda.
SEBUAH RASA
SEBUAH RASA
By Yofi Aresa
Datanglah...
Datanglah...
Menepis rasa yang ada
Karena kini semua telah tiada
Hanya luka yang tersisa
Dalam sepi tiada bermakna cinta
Kembalilah...
Tuk menepis semua asa
Bangkitkan cinta
Memecah kesunyian rasa
Menghapus segala luka
By Yofi Aresa
Datanglah...
Datanglah...
Menepis rasa yang ada
Karena kini semua telah tiada
Hanya luka yang tersisa
Dalam sepi tiada bermakna cinta
Kembalilah...
Tuk menepis semua asa
Bangkitkan cinta
Memecah kesunyian rasa
Menghapus segala luka
KELAM
KELAM
By Yofi Aresa
Walau rembulan tak menampakkan sinarnya
Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam
Langit menangis dalam malam kelam
Dan sesekali kilatan cahaya itu muncul
Sesungguhnya itu tetesan Sang Surgawi
Yang dibaliknya penuh berkah dan kenikmatan
Biarkan langit
Yang bermuram dalam tangisan malam kelam
Jangan biarkan kesuraman itu merasuk di jiwamu
Pandanglah cermin
Dan lihatlah cahaya dalam pantulan hati
By Yofi Aresa
Walau rembulan tak menampakkan sinarnya
Bintang-bintang bersembunyi di balik awan kelam
Langit menangis dalam malam kelam
Dan sesekali kilatan cahaya itu muncul
Sesungguhnya itu tetesan Sang Surgawi
Yang dibaliknya penuh berkah dan kenikmatan
Biarkan langit
Yang bermuram dalam tangisan malam kelam
Jangan biarkan kesuraman itu merasuk di jiwamu
Pandanglah cermin
Dan lihatlah cahaya dalam pantulan hati
Langganan:
Postingan (Atom)